Taman Mini Indonesia Indah, Bukan Sekedar Tempat Rekreasi
Sumber-Informasi.com - Kehadiran TMII (Taman Mini Indonesia Indah) makin hari makin terasa dibutuhkan, seiring dengan melangkahnya waktu, perkembangan teknologi, berkembangnya kebudayaan dan beralihnya generasi. Tapi sudahkah TMII mencapai targetnya. Mulai dari segi aspek dan prospek pendidikan/kebudayaan, ekonomi, kesejahteraan, spiritual dan teknologi selama satu dasawarsa ini?
Museum Hidup
Diresmikan tanggal 20 April 1975, Taman Mini Indonesia Indah yang berlokasi di Jakarta Timur ini, berusaha semaksimal mungkin untuk menyuguhkan seluruh kebudayaan Indonesia yang tersebar di seluruh pelosok tanah air, meski dalam bentuk miniatur.
Mulai dari rumah adatnya, yang lengkap dengan segala peralatan upacara adat sampai jenis tanaman yang banyak tumbuh di daerah tersebut, adalah contoh serba sedikit bahwa TMII sudah berupaya sedemikian rupa untuk mendekati aslinya sedekat mungkin. Sehingga dengan demikian para pengunjung yang mungkin dari daerah Jawa bila melihat rumah adat Sumatra Barat akan segera mengenalinya dengan adanya ciri-ciri yang spesifik itu.
Lalu apa sebenarnya fungsi TMII yang sesungguhnya? Sekedar tempat rekreasi keluarga yang kebetulan dibuat dengan mencontoh hal-hal yang ada di tanah air? Ternyata tidak sedangkal itu. Target panjang yang demikian mulia ada tersimpan di tubuh taman seluas 100 Ha lebih ini.
Pada dasarnya TMII sendiri memiliki fungsi sebagai Museum Hidup untuk memelihara kelangsungan dan membina kebudayaan daerah sehingga dapat menjadi alat pendidikan yang amat penting bagi generasi sekarang dan generasi mendatang. Juga untuk mendorong daya kreasi masyarakat guna mengembangkan kebudayaan nasional Indonesia dalam rangka mempertahankan diri serta membina kepribadian bangsa di tengah-tengah perkembangan zaman modern. Dan masih banyak guna lain yang demikian penting kita ketahui. Yakni antara lain, TMII juga dapat menjadi jembatan demi memperlancar hubungan saling mengenai dan saling mengerti antar suku bangsa yang ada di Indonesia ini. Dengan demikian TMII dapat disebut usaha yang nyata dari keinginan kita untuk tetap memelihara kebudayaan bangsa kita tercinta ini.
Bukan Sekedar Tempat Rekreasi
Memasuki kompleks TMII, kita akan segera disambut oleh sebuah tugu ramping menjulang tinggi. Itulah Tugu Api Pancasila. Tegak berdiri di tengah, seakan mengelukan para pengunjung. Sesuai dengan namanya, tugu ini adalah lambang falsafah bangsa Indonesia. Kakinya yang bercabang lima itu menggambarkan masing-masing sila dalam Pancasila. Tinggi tugu tersebut 45 meter, radius kakinya 17 meter, dan jarak antar kaki tersebut 8 meter. Dan dapat diterka, seluruhnya memiliki arti hari proklamasi kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945. Dan puncak tugu yang berslitiran api yang bersinar, laksana pancaran api Pancasila yang sesungguhnya.
Kemudian masuk sedikit, kita dihadapkan pada sebuah bangunan yang akan segera tereka sebagai bangunan khas Jawa Tengah. Berbentuk 'Joglo', nama gedung itu adalah Pendopo Agung Sasono Utomo.
Dibangun dengan pertimbangan-pertimbangan khusus, demi berlangsungnya tujuan utama, TMII masih sering diartikan masyarakat sebagai tempat rekreasi biasa. Tak lebih dengan tempat rekreasi yang lain, seperti Ancol, Ragunan, atau taman-taman lain yang akan padat pengunjung ketika hari libur tiba.
Kita lihat sebuah keluarga yang datang berkunjung ke TMII pada suatu hari libur. Tanpa harus mengeluarkan ongkos yang berlebihan, karena kendaraan umum demikian mudah dicapai. Sebuah keluarga tersebut tanpa menyadari akan menikmati Indonesia yang seutuhnya. 34 buah provinsi yang sebuahpun tidak mungkin terselesaikan perjalanannya dalam satu hari. Sedang ini hanya dalam satu hari, dengan mengendarai Kereta Gantung, atau kereta api, bis dan masih banyak kendaraan yang disediakan dalam taman itu. Lalu apakah sebuah keluarga itu sudah cukup mengenal kebudayaan Indonesia dari hasil rekreasi mereka itu. Apa saja yang telah mereka dapatkan selain mungkin kegembiraan karena telah melepaskan lelah setelah seminggu bekerja.
Itu akan terjawab lebih bila keluarga itu ikut menyadari fungsi utama TMII tersebut. Akan terasa betapa besar manfaatnya bila keluarga itu datang ke tempat rekreasi dengan dasar keinginan untuk mengenal kebudayaan Indonesia secara luas dengan metode melalui rekreasi keluarga. Anak-anak yang ada dalam keluarga tadi, tanpa dipaksa untuk menghafal buku yang berjilid-jilid. Dari awal memasuki TMII itu dengan kekreatifan kedua orangtuanya, maka anak-anak itu akan lebih mengenal tanah airnya yang sesungguhnya sekaligus dengan falsafah yang dianut negara kita. Praktis dan menarik sekali. Belajar sambil berekreasi.
Bila anak-anak datang bersama orangtua yang aktif menjelaskan segala sesuatunya sehingga sang anak mengerti dengan baik apa sebenarnya yang ada di balik taman rekreasi yang amat luas itu. Bagaimana dengan para remaja yang juga kebetulan berkesempatan datang kesana.
Remaja, sebuah usia yang kadang-kadang masih lebih banyak mencari dari pada menunjukkan identitas itu, ternyata cukup memiliki kemampuan untuk lebih dapat mengembangkan kebudayaan yang ada di tanah airnya. Bila sekelompok remaja yang datang dengan tujuan hanya untuk melihat, kemudian melupakan yang ada dibalik rumah adat, rumah ibadah, tugu Api Pancasila, Archipel Indonesia, Museum Indonesia, Museum Perangko dan masih banyak lagi bangunan yang ada di taman mini itu, alangkah sayangnya.
Betapa besar yang akan kita pelajari dari mengunjungi TMII tersebut. Melihat, mengagumi, kemudian menyimpannya dalam hati, dan dengan demikian membiarkan tumbuhnya rasa cinta pada kebudayaan nasional, dan tanah air kian lebih besar. Betapa kaya dan luasnya Indonesia ini, betapa tolerannya bangsa Indonesia terhadap sesama, meski berbeda segala hal. Tetap bersaudara, saling menolong dan kemudian bersatu dalam mempertahankan bangsa dan negara. Betapa lengkapnya.
Dibangun sejak tanggal 30 Juni 1972 dan dibuka secara resmi pada tanggal 20 April 1975. TMII yang berdiri atas prakarsa Ibu Tien Soeharto memiliki keinginan dan tujuan untuk mengajak bangsa Indonesia lebih mengenal kemudian mencintai Tanah Airnya.