Bintan Sholihat Sukses Merintis Bisnis Baju Menyusui
Sumber-Informasi.com - Terlahir sebagai anak sulung, sedari kecil Bintan sudah punya tujuan di masa depan. Seperti layaknya ibu muda modern, Bintan tak sekadar ibu rumah tangga yang mengurusi dapur, sumur, dan kasur. Bintan juga punya karier meskipun kantornya hanyalah ruang keluarga beserta laptop dan sambungan internet, juga jam kerjanya selalu larut malam saat anak dan suaminya terlelap. Mengurus anak, suami, rumah, ditambah membesarkan bisnis baju menyusui yang dirintisnya sejak tahun lalu membuat Bintan punya tangan seperti gurita, bercabang ke mana-mana.
Bebannya tentu tak ringan, tetapi bukan berarti tidak bisa disiasati. Bintan ingin apa yang jadi tanggung jawabnya bisa tertunaikan tetapi ia juga masih bisa menekuni kesukaannya. Bisa dibilang saat mengurus bisnis itulah me time-nya.
Mengasah "Bakat Dagang" Sejak Belia
Meskipun bisnis rintisan Bintan baru tercipta beberapa tahun lalu, tetapi pengalaman berdagangnya sudah dimulai sejak masih duduk di bangku kelas VI sekolah dasar. Saat itu, kegiatan mengkliping tengah digemari untuk membangun kreativitas siswa. Bintan juga punya kreasi sendiri.
Ia membuat klipingan koran (dan majalah) dalam bentuk kecil-kecil yang ia satukan dengan selotip perekat. Di dalam satu "buku" yang dicetaknya sendiri, Bintan mengarang bebas membuat cerita berdasarkan imajinasinya. Tentu saja ide ceritanya diambil dari banyak genre yang tengah disukai teman-teman sekolahnya, misalnya cerita misteri.
"Buku" tersebut lalu Bintan sewakan ke teman-temannya dengan harga Rp 100, padahal ia melakukannya karena iseng. Tak disangka responsnya baik. Banyak temannya yang suka menyewa "buku" Bintan. Sampai ada beberapa teman yang ingin berkontribusi bikin klipingan baru. Ada yang ingin menulis ceritanya dan sebagainya. Sampai buku-buku bikinan tersebut banyak sekali, satu amplop besar.
Meskipun tak berdarah Minang, Bintan mengaku sangat senang berdagang. Pengalaman lainnya ia coba saat duduk di bangku SMP. Sang ibu yang jago masak dan membuat kue-kue jajanan pasar, dimintanya memasak dan Bintan yang menjualnya. Dulu, ia memasarkan kue buatan ibunya saat ada pasar tumpah di sekitar rumah.
Kegiatan berdagang semakin sering dilakoninya saat kuliah. Melihat banyak pasar dan permintaan untuk barang-barang seperti sepatu, baju, dan kosmetik pernah dicoba Bintan. Hasilnya tak selalu menguntungkan meskipun jarang merugi juga.
Perempuan kelahiran Bandung, 15 Juli 1987 itu punya minat yang besar pada konsep sustainability development. Secara harfiah, sustainability development bisa diartikan pembangunan yang berkelanjutan. Orang kerap menyempitkannya dengan hal yang berkaitan dengan tata ruang atau pembangunan fisik yang berbasis alami, back to nature.
Padahal, sustainability development tidak sesempit itu. Cenderung way of life bahwa hidup manusia sebaiknya mulai menerapkan konsep ini. Setelah merampungkan program magisternya, ia berkesempatan memiliki karier yang baik di salah satu perusahaan swasta di Jakarta. Bintan menjadi salah satu konsultan untuk konsep sustainability development.
Perputaran roda takdir membawa Bintan bertemu dengan Tessal Maharizky Febrian dan mereka memutuskan untuk menikah. Karena sang suami dipindahtugaskan ke Korea, Bintan diminta mengikutinya. Ia pun berhenti dari pekerjaannya.
Setelah itu, Bintan diberi rezeki kehamilan. Saat itulah ide merintis bisnis baju menyusui tercipta dan menggarapnya dengan serius. Bersama sahabatnya, Dwi Yulia Nurbani, keduanya memulai bisnis pakaian dengan segmentasi terbatas ini. Ternyata, hasilnya lebih baik dari yang diperkirakan. Semakin lama terus membesar. Sampai bisa menjual 5.000 potong dalam sebulan. Ini bukan lagi bisnis sampingan yang bisa dilakukan saat senggang, tapi harus serius.